Sabtu, 07 September 2013

PAHIT “KOPI MANIS”


Jam, hari, tanggal, dan bulan berapa aku tak tahu, yg jelasnya itu tahun 2008, satu2nya ingatan saat itu yang masih tersimpan adalah bahwa kau begitu sangat manis dan anggun dengan kemeja kaos abu- abu berkerah, dipadu dengan ikat rambut berwarna pink, wangi aroma rambutmu sangat jelas menusuk rongga hidungku, sepertinya pagi waktu itu, kau telah keramas, memaki shampo "pantene", siapa yang tahu lewat telpon isengku dan pertanyaan konyol ku tentang "halo...ini dengan siapa ya?" spontan kau kaget dengan refleks khas " eh, kita siapa? soalnya kita yang nelpon! kok bertanya siapa ka?"
Setelah kejadian itu, akhirnya kita menjadi menjadi teman (cara perkenalan yang tak biasa) pernah suatu ketika, entahlah, aku lupa harinya, tapi yang jelas saat itu aku duduk di teras rumah bapak kosmu yag galak kata teman kamarmu, lalu secangkir kopi manis buatan tanganmu benar- benar telah mencairkan suasana hatiku yang masih dingin, maklum aku sedang "GALAU". setelah kejadian kopi manis buatan tanganmu itu, aku jadi sering pergi ke kosmu, selain karena ingin kopi manis buatanmu lagi, aku juga mengunjungi temanku yg bertepatan satu kosan denganmu (MODUS), apapun itu, sepertinya aku telah menyediakan waktu 3x seminggu untukmu,(Cieeee gombal)

Lalu malam itu datang, malam yang benar- benar menambah daftar hitam kisah cintaku, lewat pesan singkat SMS, ku panggil kau keluar kamar mu sebab ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu, tak kusangka kau merespon pesan singkatku secara "KILAT" kau keluar tapi tidak dengan senyum seperti 
biasanya, Tuhan jangan- jangan dia telah mengerti maksud pesan singkatku, benar saja" tiba- tiba, to the point meki kenapa? mati aku, kata pembuka yang begitu susah payah ku konsep tiba- tiba hilang, aku jadi bingung mau mulai dari mana, lalu spontan saja kukatakan maaf karna telah jatuh cinta padamu, anehnya,kau diam saja lalu, perlahan aku melihat ada sungai kecil di matamu,(maklum saat itu kau duduk disampingku), hey,, kopi manis beginikah caramu menjawab perasaanku? (dalam hati), lalu, sebenarnya belum bisa ka terima orang lain karena sampai hari ini masih ka menunggu seseorang, pernyataanmu singkat dan sederhana namun menyakitkan, (kenapa sih kau begitu bodoh menunggu nya, kenapa tidak kau terima saja aku) aku terdiam tak tahu harus berbuat apa, kita membeku lagi kopi manis, sungguh 5 menit yang sulit, sebab aku tidak juga menemukan kata yang cocok untuk lanjutkan percakapan kita malam itu, yes! kuingat ada coklat "choki-choki" dikantong celanaku, sepertinya aku punya ide" mau coklat,? benar saja, "b,,b,boleh" meski sungai kecil dimatamu itu belum surut, tapi sudahlah, aku tak ingin memahami lebih jauh lagi. (setelah sebatang coklat choki-choki itu), percakapan kita tentang perasaan dan masa lalu dimulai, aku mulai bercerita tentang mereka yang pernah bersamaku, tentang pacar pertamaku, kampong halamanku, kecuali tentang perasaanku yang terluka malam itu. lalu kau "mendengar cerita ta sepertinya banyak wanita yang suka ki" (hehehe tawaku saat itu, kau tahu kopi manis, itu tawa luka). Sekarang giliranmu bercerita kau kemudian memulainya ( menarik nafas dalam- dalam) ”aku #*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#* & #*#*#*#*#*#*#*#* ##*#*# & #*#*#*#*#*#*# #*#*#*& #*#*#*#*#*#*#*#*#*#* *#*#*#....................................! itu jie ceritaku” (masih dengan sungai kecil yang mengalir di sudut matamu). Kau tahu kopi manis? dari semua ceritamu tadi satu- satunya yang ku pahami tentang kau saat itu adalah bahwa kau sebenarnya telah memilih menjadi ombak di tengah samudera meski punya irama dan ritme yang panjang tetap saja kau tak berujung, dan sebenarnya kau sangat kesepian. Aduh, kopi manis! ingin sekali aku jadikan diriku pulau ditengah samuderamu agar kau tetap bebas hempaskan irama dan ritme kesepianmu di pantaiku.
(Kring,,, kring,, kring alarm hpku berbunyi, aduh ini sudah jam 24.00, sepertinya percakapan kita sampai disini dulu (nanti bapak kosmu marah- marah). Lalu, ucapan terima kasihmu padaku menutup percakapan duka kita malam itu “ terimakasih banyak ka karena sudah mi kita sayang ka”.
Lorong kosan mu yang pendek mengantarkan aku dan kau “kopi manis” pada perpisahan yang panjang, sepertinya esok pagi adalah terakhir kalinya ku nikmati hangatnya secangkir kopi manis buatan tanganmu (entahlah.......moga saja)!.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar